BUM Desa Amanah Naik Kelas Melalui Bisnis Sawit

 BUMDes Amanah: Naik Kelas Dari Bisnis Sawit

Kini, jalan tertatih yang dilalui Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes Amanah membawa mereka semakin naik tingkat. Bahkan, hantaman badai pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu justru menjadi titik balik yang menguntungkan. Berbagai unit usaha mampu menjadi pendulang laba.

BUMDes Amanah yang terletak di Kecamatan Ukui Kepulauan Riau semakin berbinar. Sepanjang 2022, usaha desa ini mengantongi laba sisa hasil usaha (SHU) sebesar Rp1,2 miliar dan menerima penghargaan sebagai BUMDes Inspiratif kategori cepat tumbuh.

Direktur BUMDes Amanah, Untung Sugiarto mengatakan, jika dirunut mulai dari awal pendirian, untuk bisa memiliki modal saja sangat kesulitan. Manajemen mengambil jalan meminjam sertifikat tanah penduduk lokal sebagai jaminan di bank.

Beruntung, saat pandemi Covid-19 petani sawit tertolong oleh harga sawit yang stabil. Ini yang membuat ekonomi masyarakat tetap bergeliat.

“Kami di sini tidak pengaruh kali pandemi, karena penghasilan kelapa sawit. Mereka tidak banyak keluar, bahkan banyak menyimpan uang ke BUMDes, jadi ada beberapa faktor menguntungkan BUMDes di masa pandemi,” ucapnya.

Menurut Untung, BUMDes Amanah berdiri pada tahun 2010. Modal awal berasal dari pemerintah provinsi dan saat itu masih melayani unit simpan pinjam. “Saat itu pun masih dalam bentuk usaha ekonomi desa simpan pinjam. Modalnya masih sangat terbatas,” jelasnya.

Perlahan usaha dari BUMDes ini mulai menumbuhkan kepastian. Terlebih pada tahun 2015 terjadi perubahan status dari bentuk usaha ekonomi desa simpan pinjam menjadi BUMDes. Pada momen ini, pengelola BUMDes semakin leluasa untuk melebarkan sayap dengan membuka unit-unit baru. Baik dalam bentuk bantuan pembelian barang secara kredit maupun lainnya.

“Alhamdulillah dengan PP 11/2021, BUMDes pada waktu itu sudan berbadan hukum, artinya kekuatannya semakin baik, dan semakin ada keleluasaan untuk membuka unit usaha, berbentuk PT atau CV,” ucapnya.

Semua proses dan laporan kinerja BUMDes Amanah dilakukan secara terbuka kepada masyarakat. Kunci keberhasilan dalam membangun kepercayaan.

Inovasi dan Konsistensi

Untung bercerita, strategi membangun lembaga ekonomi untuk tumbuh dengan positif, kuncinya di dedikasi dan kejujuran pengurus. Di samping itu, pengelola harus lihai dalam membaca potensi di desa. Termasuk bagaimana membangun dan menjaga kepercayaan masyarakat.

Faktor lainnya, sambung Untung, adalah kerja sama yang solid antara direktur dengan kepala desa. Agar koordinasi antarlembaga ini bisa berjalan untuk saling mengawasi dan memberikan dukungan.

“Tanpa adanya kerja sama yang baik, mustahil sebuah lembaga yang namanya BUMDes akan maju,” katanya.

Pria ramah senyum ini kembali merunut unit-unit BUMDes Amanah yang kini sudah memiliki lima unit usaha. Mulai dari bank sampah, jasa transportasi angkut hasil perkebunan sawit, hingga membuka lahan sawit melalui kerjasama dengan BRI.

“Kebun ini sudah produktif untuk menghasilkan kelapa sawit,” ungkapnya dengan membeli lahan seluas 100 hektar di tahun 2021.

Desa Bukit Gajah memiliki potensi pengembangan area lahan perkebunan sawit. Menjadi usaha tulung punggung bagi warganya.

Usaha membuka lahan baru ini dengan cara melibatkan warga. Mereka bisa memlliki lahan ini dengan cara kredit atau tunai dan kemudian diserahkan pengelolaannya ke BUMDes Amanah. Mulai dari penanaman, pemupukan hingga perawatan kebun.

“Sehingga perputaran usaha, keuntungannya kembali lagi ke BUMDes, karena masyarakat tentu akan membutuhkan pupuk dalam pengelolaan kebunnya,” ucapnya.

Masih di tahun yang sama, bebernya, unit perkebunan ini ternyata dapat respon positif, banyan masyarakat tertarik hingga antri dengan kebutuhan pembelian lahan mencapai 100 hektare.

Warga antusias dengan model kerjasama seperti ini. Bahkan di tahun 2022, pengelola BUMDes terus memperluas lahan perkebunan sawit dan membeli lahan baru seluas 180 hektar di tahun tahun 2022. Warga cukup berinvestasi dengan model kerjasama sistem kredit atau tunai. BUMDes Amanah mengurusi teknis di lapangan. Mulai dari perawatan, pemanenan, hingga manajemen para pekerja kebun.

“Pada 2023 kami terbentuk lagi kelompok tani lain, kebetulan ada luasan kebun lagi dijual 110 hektare dan sistemnya masih gandeng pembiayaan BRI. Masyarakat bisa daftar lagi dan ikut gabung dengan pengelolaan tetap sama ikut BUMDes,” tandasnya.

Area kantor BUMDes Amanah di Desa Bukit Gajah, Provinsi Riau.

Putar Otak untuk Capai Prestasi

Untung mengakui ada banyak jalan berat yang harus dilalui untuk sampai pada titik sekarang. Prestasi, keuntungan, dan aset yang ada, diperoleh lewat proses panjang. Hasilnya pada 2022 memperoleh penghargaan sebagai BUMDes terbaik tingkat provinsi, dan di 2023 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (KDPTT) kategori cepat tumbuh.

Diceritakannya, di awal pembentukan, kendala paling terasa dari sisi pendanaan, ditambah belum terbaengun kepercayaan ke masyarakat agar mau memakai layanan yang tersedia.

“Di sinilah track record kami bangun, bagaimana caranya masyarakat punya kepercayaan agar mau menyimpan uangnya ke BUMDes,” ujarnya.

“Karena pada saat itu kita juga kesulitan akan pembiayaan, banyak masyarakat yang ingin meminjam, sedangkan keuangan sangat terbatas. Pada 2015 kami sempat menggandeng Bank Riau untuk pendanaan karena kami kekurangan dana,” katanya.

Untung merinci, sepanjang 2022 rekapan dana masyarakat lewat tabungan ke BUMDes Amanah mencapai Rp 25 miliar. Uang tersebut disimpan tanpa ada biaya potongan administrasi, seperti pajak dan bunga.

“Masyarakat tetap dilayani dengan baik, sewaktu-waktu ada kebutuhan, mereka bisa menarik dana tersebut,” jelasnya.

BUMDes Amanah melesat dengan pertumbuhan unit usaha yang positif. Manajemen mendapatkan penyertaan modal tambahan dari pemerintah provinsi. Nilainya terus meningkat seiring angka laporan keuangan yang baik.

Kata Untung, modal tambahan dari pemerintah provinsi tersebut kini dialokasikan untuk unit sarana produksi (saprodi) yang menyediakan alat-alat kebutuhan perkebunan.

“Hampir semua unit bisa dikatakan mendapat SHU lumayan, tapi dari lima unit yang ada, kontribusi terbesar dari sektor pembiayaan, sedangkan unit lain seperti perkebunan dan bank sampah tidak terlalu banyak karena sifatnya sosial, sehingga tidak muluk-muluk,” ujarnya.

BUMDes Amanah mengelola lahan perkebunan sawit hasil investasi bersama warga.

Pinjam Sertifikat Warga

Untung merinci, dari unit pembiayaan kontribusi SHU-nya mencapai Rp 800 juta di 2022, angka itu naik dibanding 2021 sebesar Rp700 juta.

“Jika melihat ke belakang, bahkan saat diawal-awal pendirian 2010, nilainya hanya Rp 40 juta,” terangnya.

Saat ini, ucap Untung, per Oktober 2023, dari seluruh unit BUMDes Amanah, laporan keuangan SHU sudah di angka Rp 1,88 miliar. Padahal jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, SHU 2022 tercatat di angka Rp 1 miliar.

Untung mengaku optimis, SHU BUMDes Amanah akan ditutup dengan angka yang melebihi pencapaian di 2022.

“Kalau dahulu kita mau kerja sama dengan bank, mereka masih mikir satu sampai tiga kali mau memberikan modalnya untuk kami. Bahkan kami sempat mengagunkan sertifikat masyarakat yang mau diajak kerja sama, karena susahnya dapat permodalan waktu itu,” jelasnya.

Dilanjutkan Untung, untuk dapat penyertaan modal Rp500 juta, pihaknya sampai meminjam empat sertifikat warga. Dana tersebut digunakan untuk unit simpan pinjam dan ternyata mengalami pembludakan peminat hingga warga harus melewati daftar tunggu.

“Permintaan mencapai Rp1 miliar dan kami hanya bisa memenuhi di Rp500 juta, jadi cukup lama lah meraka harus antri untuk mendapatkan pinjaman pada waktu itu, bisa 3 bulan, 4 bulan, untuk bisa kami cairkan atau kami agunkan pinjaman masyarakat,” ujarnya.

Dijabarkan Untung, layanan yang tersedia di unit-unit BUMDes Amanah, hanya bisa dinikmati oleh penududuk lokal. Syarat pengajuannya dengan menyertakan kartu tanda penduduk (KTP) dan agunan.

BUMDes Amanah kini bisa bekerja sama dengan lembaga perbankan untuk mendukung penambahan modal usaha.

Hilirisasi Sawit dan Bangun Unit Baru

Untung menyebut, luasan lahan kelapa sawit yang dikelola BUMDes Amanah sudah mencapai 500 hektare dan tersebar di beberapa titik. Mulai dari di desa tetangga, hingga luar kabupaten yang sejauh 50 kilometer.

Manajemen pengelolaannya sendiri, kata dia, di setiap unit perkebunan menempatkan karyawan terpilih, dengan dilengkapi fasilitas perumahan untuk mengawasi hasil kebun. Total karyawan 21 orang, dan di lapangan mencapai 30 orang.

“Fokus saat ini masih perkebunan, tetapi program jangka panjang, ya akan bangun pabril kecil agar jadi bisa jadi crude palm oil,” katanya.

Kata Untung, untuk dapat merealisasikan pembangunan pabrik kelapa sawit tersebut, setidaknya membutuhkan modal sekitar Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar dan prosesnya untuk jangka panjang.

Dilanjutkannya, manajemen BUMDes Amanah juga punya rencana membangun peternakan ayam potong sistem close house (tertutup) dengan kebutuhan modal Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar.

“Jika ini terealisasi maka sangat menjanjikan. Kami sudah coba studi banding dengan usaha-usaha yang dilakukan di daerah lain,” katanya.

Untung bercerita, Desa Bukit Gajah terbentuknya dari para eks transmigrasi 1989 dari Jawa. Saat ini jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.200 orang, dan penduduk 4.000 orang.

 

Source : https://kanaldesa.com/artikel/bumdes-amanah-naik-kelas-dari-bisnis-sawit

Penulis : Sri Wahyuni Kanal Desa

1 thought on “BUM Desa Amanah Naik Kelas Melalui Bisnis Sawit”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top